Menko Zulhas Bidik Pengembangan – Dalam dunia yang penuh persaingan ketat, Menteri Koordinator Bidang bonus new member 100 Perekonomian sekaligus Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan alias Zulhas, melangkah dengan tegas. Ia tak lagi hanya bicara ekspor-impor. Kini, sasarannya adalah jantung ekonomi kerakyatan: perkebunan kopi, coklat, dan lada.
Tak tanggung-tanggung, Zulhas melihat potensi luar biasa dari ketiga komoditas ini untuk menjadi senjata utama Indonesia di kancah global. Bukan mimpi kosong karena data dan realita menunjukkan, perkebunan rakyat adalah tambang emas yang belum di garap maksimal.
Alasan Dibalik Menko Zulhas Bidik Pengembangan Perkebunan Kopi
Kopi Nusantara: Aromanya Harus Mendunia, Bukan Cuma di Seduhan Warung
Indonesia adalah negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia, namun ironisnya, petani kopi lokal masih di bayangi oleh harga yang fluktuatif dan akses pasar yang minim. Zulhas tidak slot depo 10k tinggal diam. Dalam berbagai kesempatan, ia menyoroti pentingnya revitalisasi rantai pasok kopi, dari hulu ke hilir.
Bayangkan biji kopi Gayo, Toraja, atau Java yang selama ini jadi incaran luar negeri, kini di olah secara mandiri oleh anak bangsa, di kemas dengan branding kuat, lalu di jual ke Eropa dan Amerika tanpa harus lewat tengkulak. Inilah mimpi Zulhas yang kini sedang di jadikan program konkret.
Baca Berita Lainnya Juga Hanya Di accshubs.com
Ia menggandeng investor, pelaku UMKM, hingga lembaga riset untuk mengembangkan teknologi pascapanen dan pemasaran digital. Dengan pendekatan smart farming dan digitalisasi, sektor kopi di harapkan tak hanya harum aromanya, tapi juga kuat nilainya.
Coklat Indonesia: Potensi Manis yang Belum Dikelola Maksimal
Coklat atau kakao juga menjadi fokus utama. Meski Indonesia berada di urutan ketiga penghasil biji kakao dunia, kita masih terlalu bergantung pada ekspor bahan mentah. Nilai tambahnya justru di nikmati negara lain yang mengolah biji coklat kita menjadi produk premium dengan harga selangit.
Zulhas menegaskan bahwa era jual murah bahan baku harus di hentikan sekarang juga! Ia menggagas pembangunan pabrik pengolahan kakao lokal yang bisa mendongkrak kualitas dan harga jual petani.
Lebih dari itu, Zulhas juga ingin membangun sinergi dengan industri kuliner dan pariwisata untuk menjadikan coklat Indonesia sebagai ikon. Bayangkan turis mancanegara datang ke spaceman Bali bukan hanya untuk pantai, tapi juga untuk mencicipi coklat asli Indonesia yang di olah secara etis dan berkelanjutan.
Lada Indonesia: Emas Hitam dari Bumi yang Terlupakan
Lada, atau yang sering di sebut “emas hitam”, sudah sejak lama menjadi andalan ekspor rempah Nusantara. Namun, kejayaan masa lalu itu kini meredup. Petani lada terpinggirkan, harga jual jatuh, dan lahan-lahan produktif mulai beralih fungsi.
Zulhas tidak tinggal diam. Ia menyuarakan urgensi pengembalian kejayaan lada Indonesia. Dengan menggandeng pemerintah daerah dan koperasi petani, program revitalisasi lada di fokuskan pada peningkatan kualitas bibit, teknik penanaman modern, serta pembukaan akses ekspor secara langsung.
Yang lebih penting, Zulhas juga menyentil pentingnya branding dan standarisasi lada Indonesia. Ia menyayangkan bagaimana lada Vietnam bisa lebih laku di pasar dunia padahal kualitasnya belum tentu sebanding dengan lada Bangka atau Lampung.
Strategi Zulhas: Bukan Basa-Basi, Tapi Serangan Balik Untuk Dominasi Pasar
Apa yang di lakukan Menko Zulhas bukan sekadar tambal sulam. Ia sedang menyusun peta jalan transformasi komoditas strategis. Dari kopi yang menghangatkan pagi dunia, coklat yang maniskan pasar, hingga lada yang membumbui perdagangan global semuanya di arahkan menjadi mesin penggerak ekonomi rakyat dan ekspor nonmigas.
Zulhas tahu bahwa di tengah krisis global, hanya negara yang menguasai sektor pangan dan perkebunan yang bisa berdiri tegak. Dan lewat program ini, ia seolah mengirim pesan keras: Indonesia bukan lagi pengekor, tapi pemain utama di pasar komoditas dunia.
Tak ada lagi ruang untuk setengah-setengah. Di tangan Zulhas, perkebunan kopi, coklat, dan lada tak hanya jadi komoditas, tapi juga alat perjuangan ekonomi yang nyata. Sebuah gerakan diam-diam tapi mengguncang. Bersiaplah, karena era kebangkitan rempah-rempah Indonesia sedang di mulai.